Kembali terjebak pada sangkar imaji. Dimana telapak kaki terjerat pulut di dahan palsu. Organ tak kuasa menuruti akal nurani. Lidi tergantung dipohon sawo sisi kanan, pria tua didepan komat-kamit tak jelas dan itu bukan mantra.
Dihadapan sedang tersaji cangkir mungil berisi kopi hitam pait (*bukan manis). Sebiji korek juga sebungkus tembakau menemani. Kopyah putih dilepaskan dari peraduan mengusir gerah kutu-kutu di hutan kepala.
*****
Sesaat sayu kelopak mata bertempur melawan kantuk, membendung gempuran tentara akal yang hendak menyerbu tinta aksara mimpi.
Tatapan tajam menembus pertahanan lebat dedaunan, menusuk jantung sinar malam rembulan, diantara kerlip prajurit gemintang.
Serangan bertubi-tubi tersebut telah mengantarkan pada sinergi HATI dan AKAL tentang sebuah kata.
Ia "INDONESIA"
Indonesia, negara dengan beragam suku dan budaya, negeri tercinta tanah pujaan agama semesta setelah mekah medinah.
Indonesia, Nusantara sebutannya melingkupi pulau-pulau dengan surga didalamnya.
Indonesia, negara dengan berjuta cerita yang membuat iri mata dunia.
Cerpen Fiksi
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik untuk keabadian tulisan ini.