"Pengumuman woooooy!" Salah seorang kakak pembina pengenalan kampus berteriak menggunakan pengeras suara. Semua mahasiswa baru pun meletakkan sendok dan garpu yang berada ditangan masing-masing. Kala itu, semua mahasiswa baru tengah menikmati makanannya masing-masing di kantin. Semua mata tertuju padanya. Dia salah satu pembina yang dikenal cukup kejam. Mengapa demikian? Entahlah, hanya Tuhan yang tahu jawabannya.
Perawakan kakak pembina itu... Emm, manis. Kulitnya hitam namun tak sepekat endapan kopi, tingginya... Emm, gak tinggi banget. Masih tinggian tiang listrik. Alisnya tebal, bibirnya tebal berwarna sedikit gelap dan memiliki brewok. Aduduuu....pokoknya manis deh. Tapi, minus satu hal-botaknya.
"Besok adalah hari terakhir kalian mengikuti acara pengenalan kampus. Gua minta, setiap orang memberi kado sama ketua senat. Terserah deh kadonya," ucapnya dengan lantang dan hampir mirip seperti, emm... Speaker masjid.
"Siapa ketua senatnya?" Gadis berambut ikal yang berada di barisan depan meja kantin pun bersuara.
"Makanya, besok tahu! Dia cowok! Dah, itu bae ya cluenya." Tegasnya.
"Duuuuuh..." Gadis itu pun membersihkan wajahnya dengan tisyu yang diambilnya dari dalam tas.
"Napa lagi lu, Bocah? Mo tanya lagi?" Mata Si Botak pun tertuju pada gadis rambut ikal.
"Engga kak, tapi itu... Ada hujan." Jujurnya.
"Laaah, dimane? Ini kan tertutup." Dia membelalakkan matanya dengan jawaban dari gadis ikal itu.
"Kakak ngomongnya kek hujan. Muncrat-muncrat ke wajahku." Jawaban gadis itu membuat suasana di kantin ramai dengan tawa.
"Lu... Nama lu siapa?" Kakak pembina itu emosi. Mungkin, malu-lebih tepatnya.
"Selaw kak, mau aku check dulu di KTP. Tapi, aku gak bawa KTP. Besok aja ya, kak." Gadis itu pun memohon dengan jurus puppy eyes - nya lalu ditambah cengiran khas miliknya.
***
"Lakii." Gadis ikal itu pun menoleh kearah suara yang berteriak di lorong fakultas.
"Nama gue, Lucky. L-U-C-K-Y!" Tegasnya pada seorang lelaki yang telah memanggilnya.
"Nama lu tuh, kebarat-baratan. Gue lidah timur. Gue panggil laki, sama bae dah." Lelaki itu pun merangkul bahu gadis itu.
"Lu, kenapa? Nebeng lagi?" Pertanyaan gadis tersebut dijawabnya dengan senyum lalu menaik turunkan alisnya.
"Lu tuh ya. Kuy lah, Bang." Ya, lelaki itu adalah abangnya-sepupunya yang berkuliah di kampus yang sama. Hanya saja beda jurusan dan semester.
"Duuuh, sepupu gue baik banget." Lelaki itu mencubit pipi bakpao gadis ikal tadi.
"Bang, ketua senatnya siapa sih?" Tanyanya dengan mengelus pipinya yang kemerahan akibat ulah sang abang.
"Tau, cowo cakep yang pernah abang ajak kerumah, Lu?" Lucky pun berfikir kemudian menganggukkan kepala. Matanya penuh dengan gambar love. "Lu, sehat kan?" Tanya abangnya dan dia pun mengangguk lalu tersenyum. Mereka pun berjalan beriringan menuju parkiran kampus.
***
"Buat apa ya?" Gumam Lucky sembari menatap layar gawainya. Kasih dia sesuatu yang warnanya merah. Satu pesan masuk di benda pipihnya. Pengirimnya, tak lain dan tak bukan adalah sepupunya. Dia tersenyum dengan manis. "Tunggu kejutan dari gue."
***
"Lu!" Seorang lelaki yang tengah berdiri di depan lucky.
"Loh, Mas Gentong?" Lucky pun memandangnya dengan mata berbinar penuh cinta.
"Gua kuliah disini. Lu, ngapain?" Lelaki itu pun bertanya dengan acuhnya.
"Cari bapaknya anak-anak, Mas." Jawab Lucky sekenanya.
"Lah, lu udah nikah?" Tanya lelaki itu dengan polos.
"Belom sih, tapi nyicil impian boleh dong." Lucky pun mengedipkan matanya seperti orang genit.
"Terserah lu deh." Lelaki itu pun bergidik ngeri melihat tingkah Lucky. "Oh ya, udah ketemu ketua senatnya?" Suara lembutnya membuat Lucky terdiam lalu menggeleng. "Gua ketua senatnya. Udah nyiapin kado buat gua?" Lucky pun kaget. Bola mata hampir keluar dari kelopaknya.
"Se-ingusan, Mas?" Dianggukinya pertanyaan Lucky oleh Mas Gentong bandar genteng.
***
"Waduh, si botak yang di kantin nih. Tuhan, selamatkan aku dari setan yang terkutuk dan penuh kutu itu." Lucky berdo'a memejamkan mata dan menunduk pada barisannya. Di saat semua mahasiswa baru berkumpul di gelanggang olahraga kampus.
"Lu yang kemarin! Maju sini, Lu."
"Sa... Ya, Kak?"
"Iya, Lu." Lucky pun maju keatas panggung. Dihadapan seluruh mahasiswa di kampus, dia akan memberikan kadonya. Matanya berbinar saat melihat Mas Gentong.
"Oh, Tuhan. Ku cinta dia. Ku sayang dia. Dianya, engga tahu," gumamnya.
"Lu bawa apa buat ketua senat kita?" Si botak pun bersuara.
"Ada tuh dibelakang, Kak." Si botak pun langsung menoleh mencari. "Apa an. Adanya cuma gentong doang."
"Nah, gentong itu panggilan sayang aku buat Kak Genta. Kenapa warnanya merah? Karena dia suka warna itu." Tuturnya.
"Ini kenapa ada kain batik didalemnya?" Tanya Si Botak.
'Diiih, ini orang kepo banget.' batinnya berbisik.
"Itu berarti, aku udah ketemu bapaknya anak-anak." Jawab Lucky polos dengan cengiran khasnya menghadap kearah Mas Genta.