Sacrifice



Kali ini aku terpana menatap kepergianmu. Seakan tak ada kata-kata yang mampu terucap dari bibirku. Kupandangi baju zirahmu yang telah robek terkena tebasan pedang Perseus, musuh bebuyutanmu yang kau yakini sebagai seorang pahlawan keturunan dewa. Tidak, bagiku tidak ada lagi pahlawan selain dirimu.

Perisaimu hancur, dan pedangmu tergeletak begitu saja di atas permukaan tanah. Ah, biar aku yang menjadi perisaimu, biar tubuhku yang akan menjadi tamengmu. Akan kuhadang segala macam tebasan pedang, atau puluhan panah yang terlontar agar tak menancap di ragamu.

Aku menangis, merasakan nafasmu yang timbul tenggelam di antara degupan samar jantungmu. Aku berharap Zeus akan berbaik hati mungubah air mataku menjadi penawar lukamu.

Dan kulihat perseus dengan pongahnya berdiri di hadapan kita. Menunggu saat-saat maut menjemputmu dariku. Aku membenci dia.

Kemarahanku menggelegak, kesedihanku menggebu. Tubuhmu tergeletak lemah, sementara darah tak henti mengalir. Awan seketika pekat tersaput mendung dan berhias kilatan petir. Tangisku meraung, kutukan merajam, menggema menggugat takdir yang tak berpihak pada kita.

Suaraku membisik lemah, berharap angin akan menyampaikan permohonanku pada Hades, Sang Dewa penguasa arwah dan kematian. Akan kupersembahkan tiap tetes darah yang mengalir dalam tiap denyut nadiku sebagai minuman segar bagi Cerberus sebagai pengganti atas nyawamu.

Tanah tiba-tiba bergetar, berderak-derak menimbulkan suara aneh. Aku takut, kugenggam tanganmu yang terasa kian membeku. Tidak, jangan pergi dulu. Aku tersedu, pilu di antara angin yang menderu.

Entah mengapa para dewa seakan mendengar permohonanku kali ini. Air mataku menetes ke ragamu, menutupi luka yang perlahan semakin memudar tak berbekas.

Tanah yang kupijak terbelah, memisahkan genggaman tangan kita. Ini waktuku, kuharap aku mampu menerima satu saja pelukan terakhir darimu sebelum aku pergi ke dunia bawah, mempersembahkan darahku pada Cerberus. Namun kau, dengan sigapnya meraih pedangmu. Tidak menghiraukanku dan kembali beradu nyawa dengan Perseus. Menikmati kembali perseteruan kalian.


Aku tertegun. Terdiam memandangi tubuhmu yang kian menjauh dariku. Terdiam mendengar suara pedang beradu antara kau dan dia. Aku terdiam merasakan tubuhku yang semakin lama semakin terseret ke dalam tanah, menanti perjumpaanku dengan Cerberus, anjing berkepala tiga milik Hades.

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah yang baik untuk keabadian tulisan ini.

3 Tulisan Sering Dibaca Minggu Ini: